Menumbuhkan Kembali Semangat Berilmu
Oleh: Dede El Triana
“Hidupnya pemuda adalah dengan ilmu dan taqwa. Jika tidak ada keduanya
dalam diri seorang pemuda, takbirkan saja 4 kali sebagai tanda
kematiannya.”
Sangar. Pertama
kali kesan yang saya terima ketika membaca untaian kalimat Imam Syafi’i
diatas. Bagaimana mungkin seseorang dianggap telah mati karena hidupnya
tidak diisi dua hal tersebut: Ilmu dan Taqwa. Tetapi setelah saya
renungi, apalah lagi yang harus diisi oleh kehidupan seorang pemuda yang
dalam catatan sejarah selalu dielu-elukan keberadaannya dan selalu
menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan, selain kedua hal
tersebut.
Sebelum membahas lebih lanjut, akan lebih afdhal
jika saya menghadirkan sesosok pribadi yang karenanya bisa kita jadikan
cermin permata untuk diri.
Satu waktu di Madinah, di majelis
Imam Malik yang selalu ramai oleh murid-muridnya yang hendak belajar
kepadanya, ramai suara seseorang dari luar masjid berteriak tiba-tiba,
“Lihat! Ada gajah!” ia berteriak sambil menunjuk ke arah datangnya
gajah. Orang-orang di Madinah penasaran karena disana, melihat gajah
merupakan sesuatu yang luar biasa, pun termasuk murid-murid Imam Malik.
Mereka berlarian menuju pintu masjid hendak melihat seperti apa bentuk
asli gajah. Tetapi ada seorang murid, yang tetap terduduk khusuk nan
takzim memperhatikan sang Guru yang juga tetap duduk di tempatnya. Anak
itu tidak terpengaruh dengan suasana yang terjadi di sekitarnya.
“Anakku, kau tidak ikut serta melihat gajah? Sudah pernah kah kau melihat gajah?” tentu saja sang Guru bertanya heran.
Masih dengan takzimnya anak itu menjawab, “Belum, Syaikh.”
“Lalu?”
“Hanya saja, aku datang dari Andalus kesini adalah untuk menuntut ilmu pada Syaikh, bukan untuk melihat gajah,” jawabnya teguh.
Yahya bin Yahya Al-Laits nama sang murid tersebut. Kelak, kitab Al muwatha karyanya menjadi yang paling dirujuk.
“Tak akan pernah kau dapati ilmu, kecuali dengan enam yang harus kau
miliki,” begitulah dalam salah satu syair yang masyhur Imam Syafi’i. Dan
kelanjutan syair ini kita tahu, “kecerdasan, semangat, kesungguhan,
pengorbanan, membersamai guru dan panjangnya waktu.”
Kisah
Yahya bin Laits, bukan hanya tentang suka atau tidak suka melihat gajah,
tetapi lebih dari itu. Kisah tersebut merangkum enam hal yang dikatakan
oleh Imam Syafi’i. Ia seorang pembelajar yang datang dari jauh untuk
melakukan rihlah ilmu--pada saat itu, rihlah ilmu merupakan satu hal
yang sudah menjadi tradisi--. Andalus-Madinah, bukan jarak yang dekat.
Jiwa, harta, dan waktu menjadi keharusan untuk dikorbankan. Belum lagi
meninggalkan keindahan Andalus menuju padang tandus. Tetapi tekadnya
untuk mengeja setiap ilmu dari Allah membuat segala pengorbananya tak
berarti apa-apa.
Yahya bin Yahya adalah sebuah contoh, bahwa
dalam perjalanan menuntut ilmu ada banyak godaan yang akan kita jumpai,
Barangkali godaan itu berupa kemalasan, main-main, jalan-jalan tidak
bermanfaat, pacaran dan semacamnya dan saat godaan itu datang hal
pertama yang harus kita lakukan adalah mengelola hati kita agar teguh
pada niat awal kita menuntut ilmu, bukan menerima godaan tersebut dengan
tangan terbuka dan menyambutnya dengan sukacita. Waktu kita terlalu
berharga jika hanya untuk meladeni hal-hal semacam itu sedangkan ilmu
Allah lebih banyak dari waktu yang tersedia. Bergegaslah meraihnya,
bergegaslah belajar. Ada banyak orang-orang yang membutuhkan uluran
tangan orang-orang berilmu lagi shalih.
“Tak ada yang lebih
agung di bawah derajat kenabian,” demikian Sufyan Ats-Tsauri
mengungkapkan, “selain belajar dan mengajarkan”. Jika kita terus
menunda waktu belajar kita, akan ada banyak sekali kebaikan yang
tertunda sedangkan diluar sana kebatilan terus merengsek melaju
merapatkan shaff mereka dengan sangat terorganisir. Bukankah kebatilan
yang teroganisir dengan baik akan mampu mengalahkan kebaikan yang carut
marut? Dan sesuatu yang terorganisir tak lepas dari ilmu yang dimiliki
oleh orang-orang di dalamnya.
Maka, jika suatu saat nanti
godaan itu datang, teguhlah pada niat dan cita-cita awalmu. Ilmu Allah
lebih banyak dari waktu yang tersedia, kawan. Bergegaslah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar